Terkena Pelebaran Jalan Nasional Tugu Kutowinangun dibongkar
Terkena Pelebaran Jalan Nasional Tugu Kutowinangun dibongkar
Tugu Kutowinangun yang berada di Pertigaan Jalan Nasional Kutowinangun - Purworejo dan dikenal sebagai tanda bahwa telah memasuki kota Kutowinangun sebagai pusat tata pemerintahan Kecamatan ( Eks. Kawedanan Kutowinangun) dan Stasiun Kutowinangun meskipun hingga saat ini belum ditemukan catatan resmi tentang tugu ini namun ditengarai bahwa tugu ini sudah berdiri sejak tahun 1800an. Dari beberapa sumber lisan ada yang mengatakan pada sekitar tahun 1976 tugu sudah ada dan sudah terlihat tua dan hingga saat ini beberapa kali tertabrak kendaraan, dan dipugar dengan bentuk yang terus berubah seperti yang terlihat terakhir kali pada Kamis, 04 Januari 2024 dengan disaksikan Camat Kutowinangun Bawono Andi Widodo, S.STP, Bati Tuud Koramil 09 Kutowinangun Peltu Kuwatno, Perwakilan Kepolisian Sektor Kutowinangun, Kepala UPT Dinas PUPR Kutowinangun Noor Adi Wibowo, Kasi Trantib Kecamatan Kutowinangun Sujatmiko, Kepala Desa Kutowinangun Fahmi Huda, S.Sos beserta beberapa perangkatnya, Ketua BPD Desa Kutowinangun, Anggota Bakohumas Kecamatan Kutowinangun dan beberapa pihak terkait akhirnya Kamis 04 Januari 2024 dilakuan Pembongkaran Tugu Kutowinangun akibat adanya proyek pelebaran jalan Nasional Kebumen Purworejo.
Tugu Kutowinangun yang sejak dulu bukan hanya menjadi landmark fisik, tapi juga menyimpan nilai-nilai historis dan sentimen yang mendalam bagi warga Kecamatan Kutowinangun. Pembongkaran Tugu ini mungkin pada sebagian masyarakat khususnya bagi masyarakat yang pernah menginjakkan kaki di sekitar tugu ini karena dirasa memiliki cerita tersendiri bagi mereka namun pembongkaran tugu ini bukanlah akhir dari cerita, karena rencana Tugu akan dibangun kembali oleh PT Kadii JAA selaku pemilik proyek jalan sebagai konsekwensi dengan adanya pembongkaran tugu tersebut dan untuk menghormati warisan yang telah dimiliki serta menumbuhkan makna, semangat dibaliknya yang perlu dijaga dan lestarikan, meskipun dengan bentuk yang berbeda dengan titik lokasi yang bergeser sedikit keutara sekitar satu meter dari lokasi semula.
Pergeseran lokasi dan perubahan desain tugu dari yang bagian bawah semula berbentuk segitiga dan bagian tugu berbentuk kotak direncanakan dirubah dibagian dasar berbentuk segi lima melambangkan kelima sila Pancasila sebagai dasar negara berbalut lingkaran dengan bagian utama tugu menjadi berbentuk bulat silinder dengan ketinggian sekitar 3,5 meter dengan puncak tugu berupa lampu bulat ini terinspirasi dari tugu Golong Gilig Yogyakarta yang dibangun pada tahun 1756 untuk menghormati warisan yang telah dimiliki dimana sejarah Kutowinangun 1678 dahulu juga merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Mataram, dan kini Kecamatan Kutowinangun sebagai wilayah di Kabupaten Kebumen yang terdiri dari sembilan belas desa dan memerlukan kolaborasi dari seluruh unsur masyarakat dan para pemimpinnya diharapkan dapat menjadi simbol untuk membulatkan semangat gotong royong, kebersamaan dan kegigihan dalam membangun mewujudkan Kecamatan Kutowinangun yang semakin wangun,Selain itu juga sebagai simbol atas filosofi Jawa Manunggaling Kawula Gusti yang bukan hanya berarti menyatunya rakyat dengan penguasa, tetapi juga menyatunya manusia dengan Sang Pencipta.
Sebagai masyarakat selayaknya kita patut berbangga bahwa tugu ini telah menjadi bagian dari cerita perjalanan kita sebagai komunitas. Namun, sebagai bagian dari pembangunan wilayah yang terus berkembang,selayaknya kita memahami bahwa perubahan kadang diperlukan demi kepentingan yang lebih besar.